Jakarta (Antara) – Sejarah kemerdekaan Indonesia mencatat momen penting, yaitu kelahiran kibiran bendera pusaka (Paskibraka) dan tindakan heroik mengibarkan bendera merah dan putih setelah proklamasi sebagai penanda kedaulatan negara.
Peristiwa bersejarah ini memiliki nilai simbolik dan patriotik yang tinggi, dan merupakan bagian penting dari perjalanan rakyat Indonesia. Berikut ini adalah tinjauan lengkap tentang sejarah Paskibraka dan pengibaran bendera merah dan putih, yang dirangkum dari berbagai sumber resmi.
Apa itu Paskibraka
Paskibraka adalah akronim untuk bendera pusaka pasukan, sebuah organisasi pemuda yang bertugas mengibarkan bendera pusaka dalam upacara negara. Tugas tersebut termasuk peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di berbagai tingkatan, mulai dari Nasional, Provinsi, hingga Kabupaten/Kota, yang merupakan simbol penghormatan terhadap bendera negara.
Baca juga: Istana Evaluasi Paskibraka Saat latihannya kotor, beberapa masih gugup
Siapakah pendiri Paskibraka?
Gagasan mengibarkan bendera oleh pemuda itu pertama kali muncul pada bulan Agustus 1946, ketika Yogyakarta menjadi pusat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada waktu itu, Presiden Sukarno memerintahkan ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan prosesi mengibarkan bendera pusaka untuk mempertahankan semangat persatuan nasional.
Mutahar kemudian melibatkan lima pemuda, tiga putra dan dua anak perempuan yang mewakili lima sila Pancasila. Mereka menjadi pengangkat pertama bendera pusaka di Gedung Agung, Yogyakarta, momen bersejarah yang menekankan peran pemuda dalam perjuangan bangsa.
Pada tahun 1967, Husein Mutahar kembali menerima mandat dari Presiden Soeharto untuk membentuk formasi resmi Paskibraka. Struktur simbolis pasukan 17, pasukan 8, dan pasukan 45 dirancang untuk mencerminkan tanggal proklamasi 17-8-45. Untuk kontribusi besar ini, Husein Mutahar dikenang sebagai “Tn. Paskibraka Indonesia”.
Baca juga: Presiden Prabowo mengkonfirmasi 76 kandidat Paskibraka di Istana pada hari Rabu
PENGEMBALIAN PERTAMA Bendera Merah dan Putih Setelah Proklamasi (17 Agustus 1945)
Tak lama setelah pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945, proses mengibarkan bendera merah dan putih dilakukan oleh tiga tokoh, masing -masing memegang peran penting: Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat (Latief Hendraningrat), Suhud Sastro Kusumo (S. SUHUD), dan Trimurti kararm.
• Latief Hendraningrat – Angka dari peta (pembela tanah air) yang mengibarkan bendera (mengibarkan tali dan bendera), meskipun masih mengenakan seragam Jepang.
• S. Suhud – Anggota garis perintis, bertanggung jawab untuk menyiapkan tiang bendera dan membantu proses pengikatan dan peningkatan.
• SK Trimurti – Angka wanita yang awalnya ditunjuk sebagai Rames, tetapi karena pertimbangan pada waktu itu peningkatan dilakukan oleh Latief dan Suhud.
Dengan demikian, kisah Mutahar dan peningkatan pertama yang ketiga adalah tonggak simbolis dari perjuangan dan semangat kebangsaan. Peran mereka digunakan sebagai inspirasi dalam tradisi bendera -rAising bendera sampai sekarang, terutama pada 17 Agustus yang melibatkan generasi pemuda berikutnya.
Baca juga: Kumpulan bendera pusaka tidak mau
Reporter: M. Hilal Eka Saputra Harakap
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025
Dilarang secara ketat untuk mengambil konten, melakukan merangkak atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari kantor berita Antara.