Jakarta (Antara) – Sosok Djamari Chaniago dalam sorotan publik setelah secara resmi dipercaya oleh Presiden Prabowo untuk menduduki kursi Menteri Koordinasi untuk Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan (Menteri Koordinasi untuk Politik dan Keamanan) yang menggantikan Budiawan Budiawan, dalam perombakan Kabinet diadakan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/17).
Djamari adalah perwira militer senior yang naik ke tahap politik keamanan nasional, setelah menjalani pensiun yang cukup lama sejak 2004.
Dengan posisi barunya, Djamari akan melaksanakan tugasnya dan menghadapi tantangan keamanan dan politik Indonesia hari ini di era kabinet merah dan putih.
Jadi, apa profil dan latar belakang Menteri Koordinasi untuk Politik, Hukum dan Keamanan (Menteri Politik dan Keamanan Koordinasi) yang baru ini? Ulasan berikut.
Profil dan profil karier Djamari Chaniago
Djamari Chaniago lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 8 April 1949. Dia mengejar karir militernya dari bawah, mencapai jajaran elit TNI, sampai secara resmi memegang pangkat jenderal kehormatan TNI (ret.).
Djamari adalah lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Indonesia (Akabri) pada tahun 1971 dari cabang infanteri. Sejak awal tugas, ia dikenal sebagai prajurit lapangan yang sering ditempatkan di unit -unit tempur, terutama dalam ruang lingkup Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Kariernya terus naik untuk membuat namanya dihitung di Lingkaran Militer Nasional. Pada periode 1970 hingga 1990, Djamari diyakini memegang berbagai posisi penting, mulai dari komandan 330 Batalion Infanteri Lalu Lintas Udara/Tri Dharma, komandan Jakarta Kodim 0501 Tengah, hingga Kepala Staf Brigade Infanteri 18 Kostrad.
Prestasinya berada di puncak ketika ia dipromosikan ke Kolonel dan dipercaya untuk memimpin Brigif Linud 18 Kostrad pada tahun 1994, kemudian terus menjadi komandan Resimen Utama I/Bukit Barisan.
Baca juga: Sekretaris Negara: Tim Reformasi Kepolisian Nasional mulai bekerja minggu ini
Perjalanan kariernya mencapai bab baru. Dia memegang pangkat Brigadir Jenderal pada tahun 1995 dan ditunjuk sebagai komandan Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1997 Djamari ditugaskan sebagai komandan Komando Regional Wilayah III/Siliwangi, salah satu posisi strategis di wilayah Jawa Barat.
Setahun kemudian, ia diberi kepercayaan baru, yaitu memimpin Pasukan Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) hingga 1999.
Pada tahun 1999-2000, Djamri juga memegang posisi strategis sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Setelah itu, ia terpilih sebagai Kepala Staf (Kasum) TNI pada 8 Maret 2000-2004, menggantikan Jenderal Suaidi Marasabessy. Posisi ini adalah posisi terakhir serta puncak karirnya di militer dengan peringkat tiga bintang.
Dalam pengalaman pertempuran, Djamri pernah terlibat dalam operasi Seroja 1975, invasi Indonesia ke Timor Timur, yang juga merupakan tempat untuk bukti bagi sejumlah perwira muda pada masanya, termasuk Prabowo Subianto yang kemudian melayani di Kopassus.
Selain melayani di TNI, Djamari telah melompat ke politik. Dia direkam sebagai anggota Majelis Konsultatif Rakyat Indonesia dari Faksi Delegasi Regional Java Barat (1997-1998), kemudian dilanjutkan sebagai anggota Faksi Abri (1998-1999).
Pada 2015, Djamari pernah ditetapkan sebagai Presiden Komisaris PT Semen Padang, sebuah perusahaan semen di Sumatra Barat. Posisi menggantikan posisi Dr. Imam Hidayat dan Dr. Shofwan Karim Elha.
Sebelum pelantikannya sebagai Menteri Politik dan Keamanan yang terkoordinasi, Presiden Prabowo memberikan penghargaan khusus dalam bentuk promosi kehormatan kepada Djamari.
Dari apa yang awalnya adalah letnan jenderal pensiun, ia sekarang secara resmi memegang Jenderal TNI (RET). Judul ini menjadi simbol penghargaan atas layanannya selama beberapa dekade di dunia militer, serta pengakuan kapasitasnya untuk melakukan mandat baru di kabinet.
Baca juga: Pan Menghormati Presiden Prabowo yang sedang menyusun kembali Menkopolkam menjadi Menteri Keuangan
Baca juga: Sekretaris Luar Negeri menjelaskan posisi duplikat dari tiga wakil menteri sebagai komisaris
Reporter: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025
Dilarang secara ketat untuk mengambil konten, melakukan merangkak atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari kantor berita Antara.