Jakarta (Antara) – Tragedi PKI G30 pada 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965 menjadi salah satu peristiwa paling menentukan dalam sejarah Indonesia modern.
Memahami angka -angka yang terlibat atau menjadi korban sangat penting sehingga generasi saat ini dapat mengeksplorasi dinamika politik, ideologi, dan perjuangan yang terjadi pada waktu itu.
Dari pemimpin gerakan 30 September kepada para perwira yang mati, setiap sosok memiliki peran yang membentuk jalannya peristiwa, serta meninggalkan pelajaran berharga tentang keberanian, pengorbanan, dan pentingnya menjaga persatuan nasional.
Berikut ini adalah daftar tokoh -tokoh penting dalam tragedi PKI G30 yang terlibat hingga musim gugur, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
Baca juga: Latar Belakang dan Kronologi PKI G30 dalam Sejarah Indonesia
Mengenal angka penting dalam insiden PKI G30S
Setidaknya ada 10 tokoh penting yang terkait dengan insiden PKI G30, baik mereka yang terlibat langsung dan para pahlawan revolusi yang meninggal dalam insiden itu.
Tiga angka yang terlibat dalam insiden PKI G30S
1. DN AIDIT – Ketua Umum PKI
DiPa Nusantara Aidit, lahir di Bangka pada 30 Juli 1923, yang dikenal sebagai karakter utama di balik insiden PKI G30S. Dia menjadi Sekretaris Jenderal PKI pada tahun 1953 dan kemudian ketua PKI sejak 1959.
Di bawah kepemimpinannya, PKI berkembang dengan cepat, menjadi partai terbesar keempat dalam pemilihan tahun 1955 dengan akuisisi 16,4% suara. Setelah kudeta gagal, Aidit bersembunyi di Yogyakarta, tetapi ditangkap dan ditembak mati pada 21 November 1965 di Kampung Sambeng, Boyolali.
2. Letnan Kolonel Untung Sjamsuri – Kepala Cakrabirawa
Dilahirkan pada 3 Juli 1926 di Kebumen, Letnan Kolonel Untung menjabat sebagai komandan Batalion Cakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno. Dia memiliki rekam jejak militer yang memenuhi syarat, termasuk mendapatkan bintang ajaib selama operasi Trikora 1962.
Di PKI G30, Unung memimpin pasukan Cakrabirawa dalam penculikan tujuh jenderal. Setelah insiden itu, ia melarikan diri, ditangkap di Brebes, dan dieksekusi pada tahun 1966.
3. Sjam Kamaruzaman – Ketua Biro Khusus PKI
Sjam Kamaruzaman, lahir 30 April 1924 di Tuban, adalah pemimpin Biro Khusus PKI yang bertanggung jawab untuk merencanakan kudeta dan pembunuhan tujuh jenderal.
Dia dikenal sebagai sosok yang terlihat seperti pengusaha biasa, tetapi memainkan peran kunci dalam perencanaan aksi PKI G30. Sjam terperangkap di Cimahi pada 9 Maret 1967, meskipun nasib terakhir dalam hidupnya tidak sepenuhnya jelas.
Baca juga: Inspirasi 30 G30S/PKI PERINGATAN Salam pada 30 September 2025
Tujuh pahlawan revolusioner yang meninggal dalam insiden PKI G30S
1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 dan menjabat sebagai komandan Angkatan Darat ke -6 dalam administrasi Presiden Sukarno. Dia menjadi salah satu korban dalam insiden PKI G30 di rumahnya yang terletak di Jalan Latuharhary No. 6, Menteng, Jakarta Tengah. Kejadian ini mengklaim hidupnya tragis sebagai bagian dari Tujuh Pahlawan Revolusi Revolusi.
2. Letnan Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman
Dilahirkan pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah, Letnan Jenderal S. Parman adalah salah satu pejabat tentara dalam ordo lama. Dia memiliki latar belakang pendidikan intelijen dan telah dikirim ke Jepang untuk mengeksplorasi intelijen di Kenpei Kasyya Butai.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Parman mengabdikan dirinya untuk memperkuat militer Indonesia. Dalam insiden G30 -an PKI, ia diculik dari rumahnya sekitar pukul 04.30 dengan tentara dengan seragam Cakrabirawa dan ditembak sampai ia meninggal.
3. Letnan Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono atau Gunung Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia militer, ia belajar di Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta selama pendudukan Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Haryono bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan diberi pangkat Mayor. Menjelang insiden PKI G30, ia menjadi salah satu korban yang berhasil melarikan diri sejenak, tetapi akhirnya dibunuh oleh tembakan.
Baca juga: 5 Ide Kegiatan Pendidikan untuk Memperingati Acara PKI G30s pada tahun 2025
4. Letnan Jenderal (Anumerta) Raden Suprapto
General Suprapto lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto. Dia telah mengambil pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung, tetapi harus dihentikan karena pendudukan Jepang.
Pada awal kemerdekaan, Suprapto bergabung dalam upaya untuk merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap dan kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto.
Dia juga berpartisipasi dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Komandan Kepala Sudirman. Suprapto akhirnya menjadi korban PKI G30 setelah memainkan peran dalam mengurangi pemberontakan PKI di beberapa daerah.
5. Mayor Jenderal (Anumerta) Donlad Isaac Panjaitan
Donald Ignatius Panjaitan, lebih dikenal sebagai Di Panjaitan, lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Selama pendudukan Jepang, ia mengambil pendidikan militer Gyugun. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Panjaitan ditempatkan di Pekanbaru, Riau, untuk proklamasi kemerdekaan.
Dia kemudian membantu membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memiliki karier militer yang menonjol. Dalam insiden G30 -an PKI, Di Panjaitan diculik dan ditembak sampai dia meninggal.
Baca juga: Pancasila dan politik tanpa balas dendam
6. Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Selama pendudukan Jepang, ia menghadiri pendidikannya di Pusat Pendidikan Karyawan Tinggi di Jakarta. Setelah pendidikan selesai, Sutoyo bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Kabupaten Purworejo.
Setelah proklamasi, ia memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di polisi, kemudian menjadi anggota Korps Polisi Militer. Dia pernah ditunjuk sebagai ajudan Kolonel Gatot Subroto dan menjadi kepala bagian Organisasi Resimen II Polisi Angkatan Darat di Purworejo. Sutoyo menjadi salah satu korban PKI G30, diculik, dan ditembak mati.
7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Pierre Tendean lahir pada 21 Februari 1939 di Batavia (Jakarta) dan dikenal sebagai perwira muda yang berbakat. Dia diyakini sebagai ajudan Jenderal Ah Nasution. Menjelang insiden PKI G30, Tendean ditangkap oleh kelompok pemberontak karena dia diduga nasution dan kemudian dibunuh.
Sebelumnya, Pierre menyelesaikan pendidikan militer di Akademi Teknik Angkatan Darat, telah terlibat dalam operasi penghancuran Pemberontakan Prri di Sumatra, serta melayani sebagai Letnan Dua dan komandan Batalyon Batalion Zeni Batalion 2 Kodam II/Bukit, termasuk melayani di Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD).
Dengan mengetahui profil tokoh -tokoh penting yang terlibat atau menjadi korban dalam tragedi PKI G30, generasi saat ini dapat lebih memahami masalah peristiwa tersebut.
Selain itu, mengingat layanan para pahlawan revolusioner mendorong kita untuk meniru semangat persatuan, tekad, dan cinta tanah air yang mereka tunjukkan, sehingga nilai -nilai ini tetap hidup dalam kehidupan bangsa dan negara.
Baca juga: Peringatan PKI G30: Prosedur dan Arti Bendera Setengah Tiang
Reporter: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025
Dilarang secara ketat untuk mengambil konten, melakukan merangkak atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari kantor berita Antara.