Jangan anggap remeh penyakit campak, pahami gejalanya dan lakukan pencegahan yang tepat



Jakarta (ANTARA) – Penyakit campak atau dikenal juga dengan namanya rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus keluarga Paramiksoviridae dengan genus virus morbilli.

Penyakit ini sangat mudah menular terutama melalui udara, percikan air liur, atau benda yang terkontaminasi virus. Penularannya bisa terjadi saat penderitanya batuk, bersin, atau bahkan bernapas.

Campak bisa menyerang siapa saja, meski lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama bayi dan balita. Tak sedikit orang yang menganggap campak merupakan penyakit yang umum terjadi pada masa kanak-kanak dan merupakan bagian dari proses pembentukan kekebalan tubuh. Faktanya, campak bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.

Campak dapat memicu beberapa komplikasi, seperti pneumonia, otitis media (infeksi telinga), ensefalitis (radang otak), kerusakan mata permanen, dan gangguan sistem pencernaan.

Secara umum penyakit ini menyerang saluran pernafasan dan dapat menimbulkan gejala sistemik, seperti demam tinggi, pilek, batuk, dan ruam pada tubuh.

Gejala campak

Gejala campak biasanya muncul setelah masa inkubasi virus 10-14 hari. Pada tahap awal, penderita akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celcius, batuk, mata merah dan berair, pilek, serta muncul bercak putih kecil di mulut (Koplik spot), tepatnya di bagian dalam pipi.

Sekitar 7-18 hari setelah terpapar, ruam merah mulai muncul di wajah atau leher bagian atas, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Ruam ini biasanya berlangsung selama 5-6 hari sebelum menghilang.

Jika Anda mengalami gejala campak di awal, alangkah baiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Selain melakukan pemeriksaan klinis, pada kasus tertentu akan dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah atau usap tenggorokan.

Penatalaksanaan campak

Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk penyakit campak. Pengobatan hanya berfokus pada upaya meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Berikan cairan dengan memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi akibat demam, muntah atau diare. Pasien juga disarankan untuk terus mengonsumsi makanan bergizi.
  2. Pemberian obat antipiretik, seperti parasetamol untuk menurunkan demam.
  3. Pemberian antibiotik jika terjadi infeksi sekunder seperti pneumonia, infeksi mata atau telinga.
  4. Pemberian vitamin A dalam dua dosis dengan selang waktu 24 jam. Langkah ini dilakukan untuk mengembalikan kadar vitamin A yang rendah, mencegah kerusakan mata atau kebutaan, serta mengurangi risiko kematian akibat campak.
  5. Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses pemulihan tubuh.

Pencegahan campak

Untuk menghindari penyakit campak, upaya pencegahan yang paling efektif dan aman adalah dengan melakukan vaksinasi MMR (Campak, Gondongan, Rubella) dan MMRV (Campak, Gondongan, Rubella, Varicella).

Vaksin MMR akan diberikan dalam dua dosis, yaitu dosis pertama pada usia 9 bulan atau 12-15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4-5 tahun. Sedangkan vaksin MMRV diberikan kepada anak usia 12 bulan hingga 12 tahun dengan dua dosis. Dosis pertama pada usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun.

Bagi orang dewasa yang belum pernah atau baru menerima vaksin satu kali, disarankan untuk menjalani dua kali suntikan vaksin dengan selang waktu sekitar satu bulan, terutama bagi wanita yang berencana hamil, sering bepergian ke daerah wabah campak, dan petugas kesehatan.

Jika ada anggota keluarga yang tertular campak, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri untuk mencegah penularan ke anggota keluarga lainnya.

Selain itu, usahakan untuk menghindari interaksi langsung dengan penderita campak, memakai masker, menjaga pola hidup sehat seperti minum cukup air dan mengonsumsi vitamin,

Baca juga: Kanada mencatat kematian kedua akibat campak sejak Oktober 2024

Baca juga: Waspadai gejala campak yang dapat menimbulkan komplikasi

Baca juga: Capaian ORI campak Pamekasan per 22 September mencapai 47,8 persen

Wartawan : Putri Atika Chairulia
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.



Sumber link

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *