Ringkasan Berita:
- Microsleep masih menjadi ancaman besar di Tol Bakauheni–Terbanggi Besar (Bakter), terutama bagi pengemudi logistik yang menempuh rute jauh seperti Aceh–Lampung dan sering dikejar sasaran perusahaan.
- Pengawas Lalu Lintas Tol Bakter, Usman Edo mengatakan, tekanan waktu membuat pengemudi kurang istirahat sehingga rawan tertidur sesaat tanpa disadari.
- Patroli 24 jam dengan tiga shift siap menghentikan kendaraan yang melaju dan mengawal pengemudi ke lokasi aman untuk beristirahat.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar lampung – Di Tol Bakauheni–Terbanggi Besar (Bakter), microsleep bukan sekadar istilah teknis, namun merupakan ancaman nyata yang menghantui pengemudi, terutama yang melakukan perjalanan jauh.
Apalagi di Tol Bakter banyak pengemudi khususnya pengemudi logistik yang bisa datang dari Aceh hingga lampungdan sebaliknya. Ditambah lagi, para penggerak logistik ini dikejar oleh target perusahaan.
Fenomena tertidur sesaat ini kerap terjadi tanpa disadari saat tubuh sedang lelah sehingga membuat pengemudi kehilangan fokus dalam hitungan detik. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya kecelakaan tunggal di Indonesia korbantermasuk Bakteri.
Menurut Pengawas Lalu Lintas PT Bakauheni–Terbanggi Besar, Usman Edo, sebagian besar pengemudi logistik mengalami tekanan waktu.
“Pengemudi seringkali dikejar target oleh perusahaan agar muatannya tiba tepat waktu. Hal ini membuat mereka memaksakan diri dan kurang istirahat,” kata Edo, dalam podcast bertema “Waspadalah terhadap Microsleep di Jalan Tol” yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi Tribun lampungRidwan Hardiansyah, Kamis (6/11/2025) di Tribun Studio lampung.
Meski sudah ada upaya koordinasi dengan SDP untuk memastikan durasi perjalanan seperti rute Aceh–Bakter maksimal 60 jam, namun risikonya tetap tinggi.
Jika melihat data kecelakaan selama tiga tahun terakhir, kata Edo, menunjukkan pola yang konsisten.
Oleh karena itu, lanjut Edo, patroli korban beroperasi 24 jam dengan tiga shift, siap berhenti dan mengamankan kendaraan yang meliuk.
Jika perlu, petugas bahkan akan mengawal pengemudi menjauh dari jalur utama untuk beristirahat dengan aman, kata Edo.
Perjalanan pengemudi seringkali bergantung pada kesiapan rest area yang berjumlah 12 titik sepanjang 140,4 km. Dengan fasilitas mulai dari SPBU, masjid, hingga EV charger, rest area ini menjadi tempat peristirahatan vital sebelum pengendara kembali melanjutkan perjalanan jauh.
Di depan Nataru, ketika arus balik meningkat secara signifikan, sang manajer korban melakukan persiapan sejak H-15 agar perjalanan pengemudi tetap aman. Dengan volume kendaraan harian yang mencapai lebih dari 30 ribu unit, pengawasan diperketat dan sistem penundaan lalu lintas di tempat istirahat diterapkan.
Pada akhirnya, Usman Edo mengatakan, keselamatan adalah keputusan masing-masing pengemudi.
“Kenali kondisi tubuh, berhentilah saat lelah, dan jangan memaksakan diri. Tetap hati-hati dan utamakan keselamatan,” tegas Edo.
( Tribunlampung.co.id / Riyo Pratama )
Baca juga: 50 Persen Kecelakaan di Jalan Tol Akibat Microsleep, Khusus Lalu Lintas Spv PT Bakter Tol