KRL Arigato mengenang tiga seri legendaris yang mengubah mobilitas Jabodetabek


Jakarta (ANTARA) – Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, transportasi umum mempunyai peran krusial sebagai pilar pembangunan berkelanjutan.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di kota-kota besar dan kepadatan lalu lintas yang terus meningkat, pemenuhan kebutuhan akan pelayanan transportasi umum yang aman, efisien, dan ramah lingkungan menjadi fokus utama sebagai upaya menjamin mobilitas yang adil dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Commuter Line yaitu layanan kereta api listrik (KRL) komuter yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menjadi tulang punggung transportasi umum di wilayah Jabodetabek.

Berkat jangkauan rutenya yang luas dan tarifnya yang ramah di kantong, KRL menjadi andalan jutaan masyarakat yang beraktivitas setiap hari tanpa ingin terjebak kemacetan.

Berdasarkan data yang dipublikasikan di situs resmi KAI Commuter, jumlah pengguna KRL Jabodetabek pada triwulan III tahun 2025 mencapai 89.088.257 orang.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan sekitar 4,7 persen dibandingkan kuartal III 2024 sebelumnya yang mencatat lebih dari 85 juta pengguna.

Tingginya tingkat mobilitas masyarakat juga dibuktikan dengan Stasiun Bogor yang menduduki posisi sebagai stasiun dengan jumlah pengguna terbanyak pada triwulan III yakni mencapai 4.554.774 orang.

Disusul Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Bekasi yang masing-masing mencapai 4.073.502 dan 2.923.291 pengguna.

Angka yang terus bertambah ini tidak lepas dari perjalanan panjang berbagai kereta api yang menemani mobilitas masyarakat selama bertahun-tahun.

Diantaranya, tiga seri KRL generasi pertama yakni seri Tokyu 8500, TM 7000, dan JR East 203.

Ketiga rangkaian ini merupakan rangkaian kereta yang didatangkan dari Jepang oleh PT KCI—yang saat itu masih bernama Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ)—pada periode 2006 hingga 2011.

Sebelum didatangkan PT KCI, kereta api ini sebenarnya sudah beroperasi di Jepang selama kurang lebih 25 tahun.

Namun peraturan di Jepang yang membatasi usia operasional kereta api hingga 25 tahun membuat PT KCI tertarik mengimpor unit tersebut.

Seri Tokyu 8500 atau yang akrab disapa “Jalita” (Jalan-Jalan Lintas Jakarta) merupakan KRL seri pertama yang diimpor langsung oleh PT KCI pada tahun 2006. Setelah itu, PT KCI kembali mendatangkan KRL TM 7000 pada tahun 2010, disusul JR East 203 pada tahun 2011.

Mereka merupakan simbol modernisasi dan awal peningkatan kualitas pelayanan KRL yang sebelumnya menggunakan kereta ekonomi tanpa AC.

Kehadiran mereka menawarkan perjalanan yang lebih nyaman berkat fasilitas AC yang mereka sediakan.

Namun setelah hampir dua dekade menemani masyarakat Jabodetabek dalam perjalanan, PT KCI akhirnya memutuskan untuk menghentikan pengoperasian ketiga KRL tersebut.

Hal ini tak lepas dari usia ketiganya yang sudah sangat tua dan semakin langkanya suku cadang. Wajar saja usia kereta api ini sudah mencapai setengah abad sejak diproduksi pada tahun 1975.

Melepas ketiga rangkaian KRL tersebut

Dalam rangka memperingati pensiunnya Tokyu 8500, TM 7000, dan JR 203, komunitas Masyarakat Pelestarian Kereta Api Indonesia (IRPS) bersama KAI Commuter mengadakan pameran bertajuk “Arigato KRL!” di Stasiun Jakarta Kota.

Acara pembukaan pameran pada 11 November 2025 ini tak hanya dihadiri masyarakat saja railfans dan masyarakat umum, namun juga perwakilan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Kamigaki Reiko, serta Presiden Direktur PT KCI, Asdo Artiviyanto.

Pameran ini digelar sebagai sarana pengunjung mengetahui lebih jauh sejarah ketiga rangkaian KRL tersebut. Berbagai informasi disajikan dalam bentuk poster edukasi dan rangkaian foto kereta api disertai penjelasan kronologis perjalanannya selama mengabdi kepada masyarakat.

Tak hanya itu, pameran ini juga menyuguhkan berbagai miniatur kereta api dari berbagai era yang menarik perhatian pengunjung khususnya anak-anak.

Bahkan, seragam petugas KRL dan contoh warna asli kursi penumpang juga dipamerkan untuk menambah wawasan perjalanan pelayanan KRL dari masa ke masa.

Hiasan noren terlihat terpasang pada pintu penghubung antar kereta KRL Tokyu 8500 seri Jalita. ANTARA/Nadine Laysa Amalia/

Mengusung tema Jepang, area pameran dihiasi berbagai ornamen Negeri Matahari Terbit mulai dari Noren— kain yang digunakan sebagai tirai pada pintu — bertuliskan “Arigato KRL”, lentera tradisional Jepang, dan hiasan bunga sakura.

Dengan konsep yang dikemas dengan baik dan menarik, antusiasme masyarakat nampaknya sangat tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah pengunjung yang tidak pernah sepi.

“Pada hari itu hari kerja kemarin, kami rata-rata memiliki lebih dari 1.500 pengunjung. “Lanjutkan, hingga hari ini Sabtu tanggal 15, hingga pukul 12, pengunjung sudah mencapai 2.000 lebih,” jelas Tianza, official pameran “Arigato KRL!”

Dijelaskannya juga, pengunjung yang datang berasal dari berbagai kalangan. Momen hari kerjadidominasi oleh rombongan anak-anak sekolah, meski pengunjung umum tetap ikut bergabung. Sementara itu, akhir pekan ramai dikunjungi orang tua yang datang bersama anak-anaknya.

Pengalaman pengunjung

Ali, pemuda berusia 19 tahun, mengaku sudah menggunakan KRL sejak berusia 2 tahun. Maka ia datang ke pameran ini untuk bernostalgia dengan melihat sederet foto kereta api khususnya seri Tokyu 8500 yang menjadi bagian dari kenangan masa kecilnya.

“Aku ingin melihat kenanganku dari kecil, fotonya ada di sini. Aku masih kecil jadi belum punya fotonya,” kata Ali.

Bagi Ali, KRL bukan sekadar alat transportasi yang menunjang aktivitasnya sehari-hari, tapi juga menjadi tempat yang bisa memberikan ketenangan saat ia stres.

“Dari kecil yang bikin seneng itu KRL, semua KRL Jepang,” sambungnya.

Sama seperti Ali, Ilham, seorang penggemar kereta api, menjelaskan bahwa ia datang ke pameran tersebut untuk mengenang perjalanannya, padahal kereta yang ia tumpangi bukan Jalita, melainkan seri Tokyu 8500 lainnya.

“Sebagai penggemar kereta api, saya datang hanya untuk bernostalgia. Padahal saya tidak tahu kapan kereta ini pertama kali datang. Padahal saya belum pernah berkesempatan naik kereta ini (Jalita) sebelumnya,” tutupnya.

Azam (9) dan Zubair (10) yang datang bersama keluarga mengaku sangat senang mengunjungi pameran ini. Mereka bisa melihat berbagai miniatur, mendapat banyak informasi tentang kereta api, bahkan berkesempatan masuk ke ruang pengemudi.

Ibunya, Fajri, yang sudah menjadi pengguna KRL sejak bangku sekolah, mengatakan kehadiran tiga rangkaian kereta api asal Jepang tersebut membawa peningkatan kenyamanan perjalanan yang signifikan berkat fasilitas yang diberikannya.

“Dulu keretanya masih semrawut ya, sekarang pelayanannya lebih baik ya. Ya, ada AC-nya, tapi dulu tidak, jadi tidak perlu yang namanya keringat panas,” kata Bu Fajri.

Harapan

Berbagai harapan diutarakan pengguna untuk peningkatan pelayanan KRL.

Ali berharap KAI bisa mengimpor lebih banyak rangkaian kereta api dari Jepang. Ia juga ingin armada lama tetap terjaga dan tetap terjaga kualitasnya.

Di sisi lain, Fajri mengusulkan penambahan gerbong khusus perempuan dan perbaikan fasilitas pendingin ruangan di stasiun.

Rachel yang sehari-hari pengguna KRL pun berharap agar jumlah gerbong dan petugas di setiap rangkaiannya ditambah sehingga kenyamanan dan keselamatan penumpang semakin terjamin.

Baca juga: Mobilisasi Perkotaan Semakin Kuat, JALITA Hadirkan Jejak Sejarah Transformasi KRL Jabodetabek

Baca juga: Mengenal Jalita, KRL Tokyu 8500 legendaris asal Jepang

Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.



Sumber link

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *