Jakarta (ANTARA) – Sebagai negara beriklim tropis dengan curah hujan tinggi, Indonesia kerap menghadapi banjir sebagai salah satu bencana alam yang paling sering terjadi.
Setiap tahunnya banyak wilayah di Indonesia yang terendam air, yang dampaknya tidak hanya merusak infrastruktur, namun juga mengancam keselamatan jiwa dan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data Sistem Pengelolaan Data dan Informasi (PDSI), BNPB mencatat pada periode 2010 hingga 25 November 2025, banjir masih menjadi salah satu jenis bencana yang paling sering terjadi di Indonesia.
Sepanjang tahun 2025, tercatat 1.502 kejadian banjir. Meski jumlah tersebut belum melampaui rekor tertinggi pada tahun 2021 yang mencapai 1.749 kejadian, namun situasi banjir pada tahun 2025 masih masuk dalam kategori risiko tinggi.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia khususnya yang berada di daerah rawan bencana banjir perlu memahami upaya mitigasi bencana banjir.
Mitigasi bencana banjir
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 dan PP No. 21 Tahun 2008, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi bencana banjir sendiri terdiri dari sebelum, pada saat dan setelah bencana terjadi.
Mitigasi pra-banjir: pencegahan dan persiapan
Meskipun bencana alam seringkali sulit diprediksi, namun upaya mitigasi harus dilakukan jauh sebelum ancaman terjadi. Masyarakat perlu memahami istilah-istilah peringatan banjir seperti Siaga I, Siaga II, Siaga III, dan Siaga IV, serta mengetahui tindakan yang harus dilakukan pada setiap tingkatnya.
Mengetahui tingkat kerentanan wilayah tempat tinggal Anda juga penting. Informasi ini dapat diperoleh melalui situs web InaRisk, portal yang memberikan gambaran cakupan wilayah ancaman bencana.
Kebersihan lingkungan juga menjadi bagian dari mitigasi. Pastikan saluran air atau talang tetap bersih dan tidak tersumbat agar aliran air dapat lancar dan risiko banjir dapat dikurangi.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah mengetahui jalur evakuasi. Masyarakat perlu mengetahui rute tercepat dan teraman untuk mencapai daerah yang lebih tinggi.
Saat banjir datang, tidak jarang banyak anggota keluarga yang terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, setiap keluarga diimbau untuk menentukan titik kumpul yang disepakati bersama. Lokasi titik berkumpul sebaiknya berada di tempat yang aman, mudah dijangkau, dan diketahui seluruh anggota keluarga.
Juga, jangan lupa tas kesiapan bencana Anda. Tas ini dapat berisi makanan instan, air minum, kotak P3K, senter dan baterai cadangan, baju ganti dan dokumen penting.
Ketika tanda-tanda banjir mulai terlihat, segera mematikan listrik, air, dan gas adalah tindakan pengamanan yang utama.
Mitigasi banjir: utamakan keselamatan
Saat banjir mulai melanda, pantau terus informasi mengenai situasi banjir dari pihak berwenang. Apabila volume air terus meningkat, segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Jika waktu memungkinkan, amankan bagian rumah atau perabotan yang masih bisa diamankan.
Masyarakat juga sebaiknya menghindari berjalan kaki atau berkendara di arus air karena risiko terseret arus sangat tinggi. Jika harus berjalan, pastikan menginjak pijakan yang stabil.
Mitigasi pasca banjir
Meski air sudah surut, bukan berarti bahayanya hilang sama sekali.
Air banjir berpotensi besar membawa berbagai limbah berbahaya dan kuman penyebab penyakit, oleh karena itu sebisa mungkin hindari kontak langsung. Segera bersihkan seluruh sudut rumah dan perabotan dari sisa genangan air dan lumpur menggunakan cairan pembersih.
Selain itu pastikan instalasi listrik diperiksa terlebih dahulu sebelum dinyalakan kembali.
Jika gejala seperti diare, demam, atau infeksi kulit muncul setelah banjir, segera dapatkan bantuan medis. Kebersihan diri harus dijaga, dan masyarakat perlu terus memantau potensi banjir susulan serta informasi dari pihak berwenang.
Dengan pemahaman yang memadai, persiapan yang matang, dan langkah mitigasi yang benar, maka dampak bencana banjir dapat diminimalisir. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir juga diharapkan selalu mengikuti informasi resmi dan tetap waspada setiap saat.
Baca juga: Untuk mencegah banjir, Pemkot mendorong percepatan pembangunan Waduk Cakung
Baca juga: Kebayoran Lama diingatkan waspada terhadap banjir
Baca juga: BPBD Jakarta Utara membantah banjir di Pelabuhan Sunda Kelapa disebabkan gelombang pasang
Reporter: Nadine Laysa Amalia
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.