Jakarta (ANTARA) – Menjelang akhir tahun 2025, cukup banyak orang yang mulai mengevaluasi keuangannya dan merencanakan langkah keuangannya untuk tahun berikutnya. Namun, akhir tahun seringkali menjadi waktu yang paling rawan terjadinya kesalahan dalam mengelola keuangan, mulai dari belanja impulsif hingga lalai menyiapkan anggaran.
Tanpa perencanaan yang matang, kondisi keuangan bisa terganggu dan berdampak pada stabilitas keuangan di awal tahun. Oleh karena itu, penting untuk memahami berbagai kesalahan fatal dalam mengelola keuangan di akhir tahun agar kondisi keuangan tetap sehat dan terkendali, serta mengambil hikmah di tahun berikutnya.
Berikut pembahasan berbagai kesalahan fatal dalam mengelola keuangan di akhir tahun, dirangkum dari sejumlah sumber.
Kesalahan dalam mengelola keuangan di akhir tahun
1. Lonjakan belanja yang tidak biasa pada akhir tahun
Pada bulan-bulan normal, pengeluaran biasanya relatif terkendali dan mudah diprediksi. Namun, lain keadaannya saat kita memasuki penghujung tahun. Berbagai kebutuhan tambahan mulai bermunculan, seperti oleh-oleh hari raya, acara kantor, kumpul keluarga, biaya perjalanan, hingga kebiasaan makan di luar. Meski terkesan sepele, namun pengeluaran kecil yang terjadi berulang kali bisa saja menumpuk dan berdampak besar pada kondisi keuangan Anda jika tidak menyadarinya sejak awal.
2. Gaya hidup meningkat karena euforia liburan
Suasana liburan seringkali memicu keinginan untuk memberikan “hadiah” pada diri sendiri setelah bekerja keras sepanjang tahun. Sayangnya, tanpa batasan yang jelas, keinginan tersebut bisa berujung pada pemborosan.
Ditambah lagi, harga berbagai kebutuhan dan hiburan cenderung meningkat menjelang akhir tahun. Banyak orang yang tetap berbelanja karena terbawa suasana, padahal pengeluaran tersebut tidak sepenuhnya diperlukan.
3. Salah mengelola bonus akhir tahun
Bonus tahunan sering kali dianggap sebagai uang tambahan yang dapat digunakan secara gratis. Padahal, bonus sebenarnya merupakan bagian dari pendapatan yang sebaiknya dikelola dengan perencanaan yang matang. Tanpa strategi yang jelas, bonus bisa habis dalam waktu singkat, bukannya digunakan untuk tabungan, investasi, atau memperkuat perlindungan finansial di masa depan.
4. Tidak menyiapkan dana darurat
Masih banyak orang yang menunda mengumpulkan dana darurat karena merasa kondisi keuangannya aman. Padahal, situasi tak terduga bisa muncul kapan saja. Tanpa dana cadangan, masalah kecil sekalipun bisa memicu kepanikan dan membuat seseorang terjerumus ke dalam utang. Menyisihkan dana darurat secara bertahap jauh lebih baik daripada tidak memulai sama sekali, karena dana tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas keuangan.
5. Tunda menabung karena penghasilan Anda belum besar
Anggapan menabung hanya bisa dilakukan saat gaji tinggi membuat banyak orang terus menunda kebiasaan tersebut. Padahal yang terpenting bukan jumlahnya, tapi konsistensinya.
Dengan menjadikan tabungan sebagai prioritas sejak awal, pengeluaran akan disesuaikan. Kebiasaan sederhana ini berdampak besar pada kesehatan finansial dalam jangka panjang.
6. Tujuan keuangan tidak terdefinisi dengan baik
Tanpa tujuan finansial yang jelas, pengelolaan uang cenderung tidak terarah. Menetapkan target keuangan membantu memberikan gambaran ke mana dana dialokasikan dan apa yang ingin Anda capai. Dengan tujuan yang terukur, setiap keputusan keuangan menjadi lebih terkendali dan selaras dengan rencana jangka panjang.
7. Jarang melakukan evaluasi keuangan
Evaluasi keuangan rutin sering kali diabaikan. Padahal, langkah ini penting untuk mengetahui apakah kondisi keuangan Anda masih sehat atau mulai terjadi masalah. Melalui evaluasi secara berkala, Anda dapat menilai apakah strategi yang diterapkan masih relevan dan perlu disesuaikan agar tetap sejalan dengan tujuan keuangan.
8. Lupa menyisihkan dana untuk kebutuhan di awal tahun
Awal tahun biasanya dibarengi dengan berbagai pengeluaran wajib, seperti pajak kendaraan, biaya pendidikan, iuran tahunan, dan cicilan berkelanjutan. Terlalu fokus pada momen liburan membuat banyak orang lupa menyiapkan dana untuk bulan Januari. Alhasil, baru memasuki tahun baru, kondisi keuangan sudah terasa berat dan memicu stres.
9. Perlakukan bonus hanya sebagai uang tambahan
Kesalahan ini masih sering terjadi. Bonus langsung dibelanjakan tanpa perhitungan, padahal jika dikelola dengan baik, dana tersebut dapat memperkuat fondasi keuangan. Memperlakukan bonus sebagai bagian dari pendapatan tahunan membantu menciptakan pengelolaan keuangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
10. Terjebak dalam belanja impulsif karena penjualan akhir tahun
Promosi dan diskon besar-besaran seringkali membuat belanja berlebihan terasa wajar. Padahal, keputusan membeli tanpa perencanaan justru menjadi pemicu utama kekacauan finansial di penghujung tahun. Belanja yang didorong oleh emosi sesaat bisa berdampak jangka panjang jika tidak dikendalikan.
Baca juga: Bagaimana mempersiapkan target keuangan tahun 2026 agar lebih fokus & berkelanjutan
Baca juga: OJK menyambut baik wacana wajib asuransi perjalanan bagi wisatawan asing
Baca juga: Pemerintah daerah diminta memperbaiki tata kelola keuangan dalam mengejar target realisasi APBD
Reporter: Sean Anggiatheda Sitorus
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.