Berapa penentu jumlah umr di setiap wilayah? Ini adalah penjelasannya

Jakarta (Antara) – Upah minimum regional (UMR) adalah standar gaji minimum yang harus dipenuhi oleh pengusaha atau pemain industri untuk pekerja di daerah mereka. Istilah ini, meskipun telah secara resmi digantikan oleh upah minimum provinsi (UMP) dan upah minimum Kabupaten/kota (UMK) sejak tahun 2000, penggunaan kata UMR masih umum digunakan dalam praktik sehari -hari oleh pekerja dan masyarakat umum.

Penentuan UMR, UMK, dan UMP dilakukan secara sektoral dan regional dengan mempertimbangkan sejumlah indikator ekonomi dan sosial. Jumlah upah minimum di setiap wilayah berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor utama.

Berikut adalah enam faktor utama yang menentukan dalam penentuan UMR di suatu daerah, mengutip sumber daya resmi:

Baca juga: Inilah perbedaan antara UMR, UMP, dan UMK

1. Kebutuhan hidup yang layak (KHL)

KHL adalah salah satu indikator utama yang digunakan dalam menentukan upah minimum. Berdasarkan hukum nomor 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja, KHL didefinisikan sebagai standar untuk kebutuhan seorang pekerja untuk dapat hidup secara fisik, non-fisik, dan sosial dalam satu bulan. Komponen KHL meliputi kebutuhan makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi.

2. Indeks Harga Konsumen (CPI)

IHK mencerminkan tingkat perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Data ini disusun oleh Central Statistics Agency (BPS) dan merupakan referensi penting dalam menilai tingkat inflasi suatu area. Semakin tinggi CPI, kecenderungan untuk meningkatkan upah minimum juga meningkat untuk mempertahankan daya beli pekerja.

3. Produk Domestik Regional Bruto (GRDP)

GRDP adalah indikator yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. GRDP mencerminkan kapasitas ekonomi suatu wilayah, sehingga juga mempengaruhi jumlah upah minimum yang dapat diterapkan tanpa membuat aktor bisnis yang membebani.

Baca juga: Gaji umr akan dikenakan pajak PPN 12 persen, bukan?

4. Produktivitas tenaga kerja

Semakin tinggi produktivitas pekerja di suatu daerah, semakin besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, produktivitas tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan upah minimum. Pemerintah berusaha menyesuaikan upah dengan tingkat produktivitas untuk menciptakan keadilan antara hak -hak pekerja dan kemampuan perusahaan.

5. Tingkat inflasi

Inflasi yang tinggi akan menghasilkan kenaikan harga kebutuhan dasar. Untuk menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan pekerja, upah minimum perlu disesuaikan. Pemerintah biasanya menetapkan upah minimum yang lebih tinggi selama bertahun -tahun dengan tingkat inflasi yang signifikan.

6. Pertimbangan dan Investasi Ekonomi Makro

Selain faktor -faktor di atas, pertimbangan kondisi ekonomi makro, kebutuhan investasi regional, untuk dinamika pasar tenaga kerja juga diperhitungkan. Pemerintah daerah bersama dengan Dewan Upah berupaya menentukan upah minimum yang tidak hanya layak untuk pekerja, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan bisnis dan investasi.

Dengan memperhatikan enam faktor ini, penentuan UMR, UMK, dan UMP diharapkan memberikan perlindungan yang tepat bagi para pekerja, sambil menciptakan iklim bisnis yang sehat di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Ini adalah jumlah umr jabodetabek 2025, rata -rata IDR 5 juta

Reporter: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025



Sumber link

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *