Ringkasan Berita:
- Chintia Leni Novaressa (29), asal lampung Selatan, menjadi salah satu dari 22 korban tewas api Kantor Terra Drone di Kemayoran, 9 Desember 2025.
- Keluarga mengenang perjuangan mengidentifikasi jenazah hingga dibawa pulang dan dimakamkan pada Kamis dini hari.
- Chintia dikenal mandiri, menjadi teladan bagi keluarga, dan berencana pulang kampung lampung pada tanggal 19 Desember.
- Kebakaran terjadi pada pukul 12.43 WIB dan menewaskan 22 orang yang mayoritas berada di lantai 3-5.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, lampung Selatan – Bingkai foto Chintia Leni Novaressa yang jatuh di rumah orang tuanya lampung Selatan, ibarat pertanda gadis berusia 29 tahun itu telah tiada untuk selama-lamanya.
Keluarga menangis tersedu-sedu saat jenazah Chintia tiba Kamis dini hari, 11 Desember 2025, setelah menempuh perjalanan jauh dari RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Chintia merupakan salah satu dari 22 korban tewas dalam kejadian tersebut api Gedung Terra Drone di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12/2025).
Adik perempuan korban, Septicia, menjadi orang pertama dari keluarga yang mendatangi lokasi api di dalam Jakarta setelah menerima kabar bencana tersebut.
Dengan suara gemetar, Septicia mengenang saat-saat pertama menerima informasi yang mengubah hidup keluarganya.
Saat kejadian, Septicia sedang bekerja tak jauh dari tempat adiknya bekerja. Dia meninggalkan ponselnya.
Usai kebaktian, ia membuka ponselnya dan menemukan puluhan panggilan tak terjawab dari keluarga dan teman kakaknya.
“Aku menjawab teleponnya, Ayah. Ayah hanya berkata, 'Ayah sudah tahu kondisi kakakku belum?' Sedangkan saya tidak tahu apa-apa,” kata Septicia saat ditemui di rumah duka, di Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten. lampung Selatan, Kamis.
Tak lama kemudian, rekan Chintia menelpon dan mengabarkan kalau kantor adiknya sedang mengalami masalah api.
Tanpa pikir panjang, dia menuju ke lokasi. Di sekitar gedung PKS yang bersebelahan dengan kantor Terra Drone, ia melihat banyak warga yang sudah dievakuasi.
“Aku tanya ke semuanya, kakakku ada nggak? Tapi yang mereka bilang, 'Sabar ya gan',” ucapnya.
Di lokasi, petugas mengarahkan Septicia ke RS Polri. Di sana, ia harus menjalani tes DNA untuk proses identifikasi.
Namun sampelnya tidak cukup, sehingga orang tua diminta untuk datang lampung.
“Saya menunggu dari siang hingga malam. Teman-teman kakak saya semua datang. Tapi saya sama sekali tidak melihat adik saya,” kenangnya.
Setelah orang tuanya datang dan dilakukan tes DNA tambahan, pihak keluarga masih harus menunggu hingga keesokan harinya.
Baca juga: 4 Korban Asal Lampung Tewas Terbakar di Terra Drone, Pemprov Sampaikan Belasungkawa