Jakarta (Antara) – Gelombang demonstrasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir memiliki ekor yang panjang. Sejumlah partai politik mengambil langkah -langkah yang menentukan dengan menonaktifkan lima anggota parlemen Indonesia yang dianggap mengajukan pernyataan dan melakukan tindakan yang menyinggung rakyat.
Keputusan itu diumumkan setelah Presiden Prabowo Subianto mengadakan pertemuan strategis dengan kepemimpinan lembaga negara dan ketua umum partai politik di Istana Presiden Jakarta, Minggu (31/8). Dalam pernyataannya, Presiden menekankan bahwa partai -partai politik telah mengambil langkah -langkah konkret dalam bentuk pencabutan keanggotaan, pengurangan manfaat, ke moratorium kunjungan kerja ke luar negeri untuk anggota dewan yang bersalah.
“Pada hari Senin, 1 September 2025, anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang telah mengajukan pernyataan yang salah, para pemimpin partai dan DPR sepakat untuk mencabut sejumlah kebijakan, termasuk jumlah manfaat dan moratorium kunjungan kerja asing. Ketua partai politik juga telah menonaktifkan kader mereka dari keanggotaan parlemen Indonesonia,” prabow.
Baca juga: Pan menonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya sebagai anggota DPR
Berikut ini adalah daftar lima anggota DPR yang dinonaktifkan:
1. Ahmad Sahroni (Partai Nasdem)
Wakil Ketua Komisi Dewan Perwakilan Rakyat III yang telah dipindahkan ke Komisi I dinonaktifkan oleh Partai NASDEM DPP. Keputusan ini terkandung dalam surat yang ditandatangani oleh ketua Surya Paloh dan Sekretaris Jenderal Hermawi F Taslim. Pernyataan Ahmad Sahroni dianggap melukai perasaan rakyat dan tidak sejalan dengan perjuangan partai.
2. Nafa Urbach (Partai Nasdem)
Aktris yang menjabat sebagai bendahara faksi Nasdem di DPR dan duduk di Komisi IX juga dinonaktifkan. Nasdem menekankan sikapnya bahwa aspirasi masyarakat harus menjadi arus utama perjuangan partai, sehingga setiap tindakan yang menyinggung orang -orang dianggap sebagai penyimpangan yang serius.
3. Eko Patrio (Partai Mandat Nasional)
Politisi yang dikenal sebagai komedian ini menjadi sorotan publik setelah videonya menari di sesi tahunan MPR viral di media sosial. Terlepas dari permintaan maaf terbuka, DPP Pan memutuskan untuk menonaktifkan Eko Patrio sebagai bentuk tanggung jawab dan mempertahankan kepercayaan publik.
Baca juga: Ketua Banggar: Anggota DPR cacat masih menerima gaji
4. Uya Kuya (Partai Mandat Nasional)
Bersama dengan Eko Patrio, Uya Kuya juga dinonaktifkan oleh faksi Pan. Tindakan menari di forum negara dianggap tidak pantas dan menyinggung orang -orang di tengah -tengah situasi politik yang panas. Uya Kuya menyampaikan permintaan maaf dan berjanji untuk meningkatkan dirinya.
5. Adies Kadir (Partai Golkar)
Wakil Ketua Parlemen Indonesia untuk periode 2024-2029 dinonaktifkan setelah pernyataannya terkait dengan peningkatan tunjangan DPR untuk menarik kritik luas. Meskipun telah mengklarifikasi bahwa informasi itu salah, Partai Golkar DPP terus menonaktifkannya untuk menegakkan disiplin dan mempertahankan etika politik.
Langkah -langkah ketat dari sejumlah partai diharapkan untuk meringankan kerusuhan publik dan memperkuat komitmen perwakilan rakyat untuk lebih peka terhadap aspirasi rakyat. Presiden Prabowo juga menekankan bahwa kebebasan opini dijamin oleh hukum dan instrumen internasional, asalkan disampaikan secara damai.
Baca juga: Komisi DPR Saya membatalkan semua kunjungan asing karena moratorium
Baca juga: Penonaktifan anggota domain internal partai partai, bukan ketentuan hukum
Reporter: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025
Dilarang secara ketat untuk mengambil konten, melakukan merangkak atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari kantor berita Antara.