Taganko panjang ni bulung punti asal ghayoh ni dikating gham
Mak guna panjang ni mas porslen lamon ghayoh ni dikating hulun baghih
artinya :
Biar piringnya daun pisang asal periuk ditangan kita
Tidak berguna piring mas porslen kalau piuknya ditangan orang lain
Jakarta – CameraIndonesia.Com – Sejak awal kita tahu tentang piring disitulah kita mulai mengenal apa yang dinamakan PERIUK tapi terkadang orang hanya terpikir untuk memperhias piringnya tidak terpikir untuk bisa memegang dan berkuasa terhadap apa yang dinamakan PERIUK.
Kenapa semua umat manusia di seluruh penjuru dunia di mana saja berada berusaha untuk mencari, mendapatkan bahkan memperebutkan agar orang orang itu bisa memiliki, memegang dan berkuasa terhadap suatu PERIUK?
Karena percuma walaupun kita memiliki PIRING MASPORSLEN kalau PERIUK yang kita butuhkan dipegang dan dikuasai orang lain maka yang ada adalah kesal dan cape cuma bisanya sebatas mengkeritik dan memprotes.
Kapan kita kelaparan tentu kita minta nasi, Apa kata pemegang dan penguasa periuknya? Maap nasinya kehabisan, Kapan Kaka kita minta nasi, Apa kata pemegang dan penguasa periuknya? Maap kita lagi mau masak nasi karena nasi yang ada sudah basi,
Tapi sangat berbeda jika kita yang memegang dan berkuasa terhadap PERIUK itu, tentu saja kapanpun kita ingin makan untuk waktu yang tidak terbatas selama 24 (dua puluh empat) jam siang dan malam tidak ada penghalang oleh satu orangpun.
Itulah suatu ungkapan dalam bentuk doktrin yang disampaikan Kanjeng Sulton Mego Sakti (17/05/2025) di Jakarta kepada saudara saudaranya yang berasal dari Kabupaten Pesawaran yang berdomisili tetap di Jakarta.
Senada dengan itu juga Kanjang Suntan Mego Sakti membahas tentang piring dan periuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), piring dan periuk Provinsi Lampung serta piring dan periuk Kabupaten Pesawaran.
“Bagaimana dengan Periuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Periuk Provinsi Lampung dan Periuk Kabupaten Pesawaran ? Kalau kita mau memegang dan menguasai periuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka kita harus jadi dulu Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kalau kita ingin memegang dan menguasaii Periuk Provinsi Lampung maka kita harus jadi dulu Gubernur Provinsi Lampung, dan kalau mau memegang dan menguasai Periuk Kabupaten Pesawaran maka kita harus jadi dulu Bupati Kabupaten Pesawaran” paparnya dengan menggebu gebu seperti seorang Public Speaking sedang berpidato, matanya platat plotot, tanganya bergerak naik turun serta tubuhnya sebentar duduk dan sebentar berdiri tanpa lelah padahal bukan di tempat perkumpulan resmi melainkan di dalam rumah saat acara NGUPI PUJAMA yang artinya ngopi bersama yang disaksikan sejumlah wartawan nasional.
Kanjeng Sulton Mego Sakti juga menambahkan tentang usaha untuk memegang dan berkuasa terhadap suatu PERIUK.
“Bagaimana caranya agar kita bisa memegang dan berkuasa terhadap suatu PERIUK? Cara yang tepat adalah usahakan yang harus yang menjadi Presiden NKRI, yang harus menjadi Gubernur Lampung dan yang harus menjadi Bupati Pesawaran adalah kita atau orang orang kita” tambahnya dengan tegas.
“Yang dimaksud dengan kita atau orang orang kita itu adalah selain satu visi dan misi dan selain satu akidah serta selain satu idealisme harus juga SATU TEMPAT KELAHIRAN atau bisa disebut PUTRA DAERAH” ungkapnya.
“Jadi kalau bisa yang menjadi Bupati dan Wakil Bupati Pesawaran itu adalah sepasang Putra Daerah Pesawaran bukan pendatang dari luar yang sebatas NUMPANG BANGIK DI JENGANAN GHAM yang artinya sebatas numpang enak di daerah kita” tegasnya,
Sebelum menutup pembicaraan Kanjeng Sulton Mego Sakti juga memberi ketegasan dalam bentuk tambahan pesan pesan singkat di hadapan saudara saudaranya.
“Dang ulah gara gara DAU 200 (ghua ghatus) ghibu kuti ka ghami ghami ngegadai ko GHAYOH GHAM jama hulun (Bahasa Lampung Pubian) yang artinya Jangan karena gara gara uang 200 (dua ratus) ribu kamu semua sudah beramai ramai menggadaikan PERIUK KITA ke orang lain” katanya.“Kalau kamu semua diberi seseorang atau orang lain uang sedeqah maka jangan berpikir macam macam atau berpikir timbal balik melainkan cukup ucapkan terima kasih dan doakan agar yang memberi rejeki itu dilipat gandakan serta selamat dunia akhirat” pungkasnya. (TIM)