Tribunlampung.co.id, mamaju – Siswa dengan inisial NB (20) yang dikatakan mengancam staf dosen menggunakan parang, karena mereka ditangkap bersama dengan siswa baru, memberikan klarifikasi.
NB membantah bahwa ia sendirian dengan seorang siswa yang diketahui memiliki inisial NM. Justru menurut NB, dia membantu NM, yang baru saja dipanggil sejumlah dosen.
Peristiwa itu terjadi di sebuah kampus di distrik Mamju, Mamju Kabupaten, Sulawesi Barat pada hari Minggu (200/28/2025).
Dikutip Tribunlampung.co.id dari Tribunsulbar.comKeluarga dengan inisial NB menelepon bersama di kampus sampai larut malam membantah narasi yang beredar.
“Itu tidak benar, jika ditemukan bersama dan segera mengancam untuk membawa parang. Ada insiden sebelum itu tidak diberitahu,” kata keluarga itu.
Kronologi, dimulai ketika NM (teman/pacar pelaku) dipanggil oleh staf kampus, dengan inisial M.
M menelepon, ketika NM akan makan malam di satu kamar di kampus. NM dipanggil, terkait dengan berita bahwa orang yang bersangkutan jarang melakukan doa.
Ketika diinterogasi oleh kampus, NM mengklaim terpojok oleh sejumlah dosen dan staf kampus. Selain NM, ada juga dosen inisial A dan M.
“NM berkata, dia duduk di lantai dan didesak untuk mengklaim jarang berdoa. Meskipun semua temannya tahu bahwa dia secara rutin bergabung dengan doa.”
“Bahkan kartu kontrol doa penuh dengan inisial. Selama tinggal di asrama, dia rajin meminjam Mukena dari teman -temannya yang tidak dapat terus berdoa,” kata keluarga NB, dalam pernyataan tertulisnya, Senin (29/9/2025).
Dalam proses pertemuan, NM mengklaim merasa terintimidasi karena didesak oleh beberapa dosen. Dia bahkan menangis karena dia tidak dapat membela diri.
Tidak lama kemudian, NB datang karena dia mendengar berita itu, bahwa NM menangis dan terpojok ketika diperiksa oleh sejumlah dosen.
NB datang dengan maksud ingin membantu NM untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut.
“Saya datang, lalu segera bertanya apa bisnis Anda. Saya berkata, pacar saya. Saya baru saja mengatakan, mengapa itu terpojok dan suka diintimidasi ketika ditanya. Tetapi beberapa dosen jantan Mr. M dan Mr. A tampaknya tidak menerima kedatangan saya. Akhirnya kami punya waktu untuk bertengkar,” kata NB.
Setelah beberapa menit konflik, kampus kemudian memutuskan bahwa NB dan NM meninggalkan area kampus.