Mengapa ketujuh pasar ini diberi nama berdasarkan hari?



Jakarta (ANTARA) – Warga Jakarta, pernahkah Anda memperhatikan banyak pasar tradisional di Ibu Kota yang memiliki nama berdasarkan hari seperti Pasar Senen dan Pasar Minggu?

Penamaan ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan berakar dari peraturan pemerintah kolonial Belanda yang saat itu hanya memperbolehkan sebuah pasar beroperasi pada hari-hari tertentu dan mengharuskannya berpindah ke lokasi yang tersebar.

Di bawah ini ANTARA menyajikan informasi tentang pasar-pasar di Jakarta yang namanya berdasarkan nama hari. Ayo, dengarkan!

1. Pasar Senen

Pasar Senen yang terletak di Jl. Pasar Senen Jakarta Pusat merupakan salah satu pasar tertua di Jakarta yang dibangun pada tanggal 30 Agustus 1735.

Awalnya, pasar ini dikenal dengan nama Vincke Pelintas, yang namanya diambil dari Yustinus Vink, arsitek Belanda yang membangun pasar ini.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda saat itu, pasar ini hanya diperbolehkan beroperasi setiap hari Senin. Dari sinilah muncul nama Pasar Senen. Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 1766, pasar ini akhirnya beroperasi setiap hari.

Fakta menariknya, pasar ini merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.

2. Pasar Selasa

Nama “Pasar Selasa” terdengar familiar bukan? Pasalnya, Pasar Selasa berganti nama menjadi Pasar Koja yang terletak di Jl. Bhayangkara, Jakarta Utara.

Perubahan nama tersebut disebabkan oleh kepercayaan masyarakat Betawi yang menganggap hari Selasa adalah hari sial. Untuk menghindari mitos tersebut, maka namanya diubah menjadi Pasar Koja.

3. Pasar Rabu

Bahkan, saat ini Pasar Rabu/Pasar Rebo menjadi nama sebuah kelurahan di kawasan Jakarta Timur.

Sedangkan Pasar Rabu yang berdiri pada masa penjajahan Belanda berubah nama menjadi Pasar Induk Kramat Jati.

Perubahan nama tersebut disebabkan karena dipindahkannya lokasi pasar oleh Ali Sadikin, Gubernur Jakarta saat itu, dari kawasan Meester Cornelis Kawedanan Jatinegara ke Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.

Awalnya, pasar ini hanya beroperasi pada hari Senin, Selasa, dan Rabu. Namun, saat ini beroperasi setiap hari.

4. Pasar Kamis

Pasar Kamis yang sebelumnya hanya dibuka pada hari keempat dalam seminggu juga berganti nama menjadi Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.

Jika Anda berkunjung ke Pasar Jatinegara, Anda akan melihat tulisan “Mester” di pintu gerbang menuju pasar ini.

Sebab, pada masa pemerintahan Belanda, pasar ini dikenal dengan nama Pelintas Mesteer.

Pada tahun 1942 muncul nama Jatinegara yang diambil dari bahasa Sunda Jatina Nagara yang menyiratkan simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap penjajah Belanda saat itu.

5. Pasar Jumat

Sesuai dengan namanya, Pasar Jumat merupakan salah satu pasar pada masa pemerintahan Belanda yang hanya beroperasi pada hari Jumat.

Namun Pasar Jumat berganti nama menjadi Pasar Lebak Bulus yang terletak di sekitar Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Para pedagang yang awalnya berjualan di pasar ini kemudian dipindahkan ke dua lokasi baru, yakni Pasar Mede di Jl. Fatmawati Raya dan Pasar Bata Putih di Jl. Kebayoran Lama.

6. Pasar Sabtu

Pasar yang tadinya hanya beroperasi pada hari Sabtu, kini menjadi pusat grosir terbesar di Indonesia yang dikenal dengan nama Tanah Abang.

Saat itu, orang Belanda mengenal pasar ini dengan namanya De Nabangtapi orang Batavia menyebutnya Tanah Abang.

7. Pasar Minggu

Pasar yang terletak di Jakarta Selatan ini sebelumnya dikenal dengan nama Pelintas Tanjung Oost dan hanya beroperasi pada hari Minggu.

Pada tahun 1920, pasar yang biasa memasok buah ini dipindahkan ke dekat rel kereta api dan berseberangan dengan terminal bus. Kemudian pada tahun 1930, pemerintah Belanda membangun Pasar Minggu di terminal bus dan lokasi PD Pasar Jaya.

Hingga saat ini pasar ini masih dikenal dengan nama Pasar Minggu dan beroperasi setiap hari.

Dari ketujuh pasar di atas, manakah yang pernah Anda kunjungi?

Reporter: Nadine Laysa Amalia
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.



Sumber link

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *