Jakarta (Antara) – 70 persen penderita kanker serviks di Indonesia terdeteksi terlambat, bahkan kanker serviks saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi bagi wanita di Indonesia.
Meskipun jumlah kasus terus meningkat dari tahun ke tahun, kesadaran untuk mencegahnya melalui vaksinasi masih relatif rendah. Banyak yang tidak memahami pentingnya vaksin HPV sebagai langkah pertama dalam perlindungan.
Faktanya, vaksin ini telah terbukti secara medis mampu mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.
Kanker serviks dan pentingnya pencegahan
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks adalah kanker paling umum keempat pada wanita di seluruh dunia. Pada tahun 2022, sekitar 660.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks, dan 350.000 di antaranya meninggal. Hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi virus HPV (human papillomavirus).
Di Indonesia saja, kanker serviks berada di peringkat kedua sebagai jenis kanker terbanyak pada wanita. Setiap tahun, ada sekitar 36.000 kasus baru dan 21.000 kematian akibat penyakit ini.
Kanker serviks biasanya muncul di serviks dan paling umum menyerang wanita berusia 30 hingga 35 tahun. Namun, penyakit ini dapat muncul pada usia berapa pun. Salah satu cara paling efektif untuk mencegah hal ini adalah dengan memvaksinasi HPV sejak dini dan skrining rutin untuk mendeteksi perubahan sel sebelum menjadi kanker.
Apa itu vaksin HPV dan siapa yang perlu menerimanya?
Vaksin HPV adalah vaksin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi papillomavirus manusia (HPV), kanker serviks yang menyebabkan utama dan beberapa jenis kanker lainnya seperti kanker vagina, vulva, anus dan kanker di daerah tenggorokan. Vaksin ini bekerja dengan membentuk kekebalan tubuh terhadap jenis HPV tertentu yang paling berisiko menyebabkan kanker dan penyakit lainnya. Vaksin HPV secara ideal diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual.
Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kasus kanker serviks menjadi hanya 4 kasus per 100.000 populasi per tahun pada tahun 2030. Untuk mencapai target ini, program vaksinasi HPV menargetkan anak perempuan berusia 9-14 tahun. Semakin luas ruang lingkup vaksinasi, semakin besar peluang melindungi generasi masa depan dari penyakit serius ini.
Jadwal Vaksin HPV
Menurut WHO, berikut adalah panduan untuk jadwal untuk memberikan vaksin HPV berdasarkan usia:
- Usia 9-14 tahun: satu atau dua dosis dengan jarak 6-12 bulan
- Usia 15-20 tahun: satu atau dua dosis dengan jarak 6 bulan
- Usia 21 tahun ke atas: Dua dosis dengan jarak 6 bulan
Wanita di atas usia 26 tahun umumnya tidak disarankan untuk menerima vaksin HPV, karena kemungkinan telah terpapar virus. Meski begitu, beberapa wanita berusia 27-45 tahun masih bisa mendapatkan vaksin jika direkomendasikan oleh dokter, meskipun manfaatnya tidak sebesar pada usia yang lebih muda.
Langkah untuk mendapatkan vaksin HPV
Untuk mendapatkan vaksin HPV, ada beberapa langkah yang perlu diambil:
- Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan atau pekerja kesehatan.
- Pemeriksaan riwayat medis, termasuk alergi dan status kehamilan.
- Penentuan jenis dan dosis vaksin, serta jadwal injeksi sesuai dengan kondisi tubuh.
Dengan memahami pentingnya vaksin HPV dan menjalani prosedur dengan benar, wanita dapat melindungi diri dari risiko kanker serviks sejak usia dini.
Baca juga: Beijing akan memberikan vaksin HPV gratis kepada gadis kelas tujuh
Baca juga: Pria juga perlu mencegah kanker serviks dengan vaksin HPV
Baca juga: Dinkes Madiun memegang vaksin HPV untuk anak perempuan untuk mencegah kanker serviks
Reporter: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah pasaribu
Hak Cipta © antara 2025