Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan masyarakat perlu mewaspadai puncak musim hujan yang mulai terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia.
Daerah yang paling banyak memasuki puncak musim hujan adalah wilayah Pulau Jawa, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Jakarta, dan sebagian Jakarta.
Oleh karena itu, dalam beberapa waktu terakhir wilayah tersebut kerap dilanda hujan, baik hujan dengan intensitas sedang maupun lebat.
Selain itu, perlu Anda ketahui bahwa puncak musim hujan akan terjadi secara bertahap dengan pola umum pergerakan dari barat ke timur, yaitu pada bulan November 2025 hingga Februari 2028.
Fase pertama puncak musim hujan akan terjadi pada November 2025 hingga Januari 2026 di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lantas, apa saja yang perlu diwaspadai terkait dampak puncak musim hujan ini?
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terus menerus dapat berdampak pada banyak hal, antara lain:
1. Bencana alam
Puncak musim hujan juga didukung oleh beberapa faktor alam lainnya, seperti kondisi atmosfer yang sangat tidak stabil dan tingginya uap air akibat aktifnya monsun Asia.
Kemudian, kondisi suhu permukaan laut sedang hangat, dan periode siklon tropis mulai aktif di wilayah selatan Indonesia.
Oleh karena itu, masyarakat perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Banjir hingga banjir bandang merupakan kondisi curah hujan tinggi yang berlangsung lama yang dapat meningkatkan risiko meluapnya air sungai.
Apalagi jika sungai tersebut dipenuhi sampah karena masyarakat tidak menjaga lingkungannya sendiri.
Selain itu, sistem drainase juga berdampak, dimana banjir atau banjir bandang akan terjadi di dataran rendah atau perkotaan.
Kemudian, kondisi tanah yang terus menerus terkena air hujan bisa menjadi jenuh dan tidak stabil. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya tanah longsor di daerah perbukitan, lereng atau tebing.
Kondisi atmosfer yang dinamis saat cuaca ekstrem dapat memicu angin kencang yang pada akhirnya berpotensi merusak infrastruktur atau menyebabkan pohon tumbang.
Angin kencang yang disertai benturan antara udara panas atau lembab di bumi dengan udara dingin di lapisan atas atmosfer dapat memicu terjadinya angin puting beliung.
Tak hanya itu, di wilayah pesisir dan perairan, angin kencang dapat menimbulkan gelombang tinggi yang berbahaya bagi pelayaran.
2. Dampak terhadap kesehatan
Saat musim hujan biasanya akan banyak terdapat genangan air. Air yang tergenang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, nyamuk pembawa virus demam berdarah.
Dengan demikian, penyakit demam berdarah akan meningkat seiring dengan musim hujan, terutama di daerah yang memiliki sistem drainase buruk.
Selain itu, musim hujan yang seringkali memiliki udara lembab dapat menjadi lingkungan yang ideal bagi tumbuhnya jamur dan bakteri.
Penyakit pernafasan seperti batuk, pilek atau demam akan sangat sering terjadi terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia yang memiliki daya tahan tubuh yang buruk.
Mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri atau virus, seperti E. coli atau rotavirus, juga dapat menyebabkan seseorang terkena diare.
Oleh karena itu, saat musim hujan penting untuk memastikan makanan atau minuman berasal dari sumber yang bersih.
Bahkan, saat musim hujan terjadi penyakit leptospirosis, yaitu kondisi seseorang tertular bakteri leptospira.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri pada tikus melalui urinnya dan menular ke manusia. Kotoran ini bisa tercampur dengan genangan air atau banjir akibat hujan.
Jika seseorang terjangkit penyakit ini biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri otot.
Bahkan, tak hanya leptospirosis, kulit yang sering terkena air kotor genangan atau banjir juga bisa memicu penyakit kulit, seperti infeksi jamur atau gatal-gatal.
3. Dampak terhadap pertanian
Tidak hanya berdampak pada kesehatan, curah hujan yang berlebihan juga dapat menyebabkan lahan tergenang air sehingga mengakibatkan gagal panen atau panen.
Selain itu akan berdampak pada penurunan produktivitas pertanian dan pendapatan petani.
4. Dampak terhadap perekonomian
Hujan dengan intensitas tinggi yang terus menerus juga dapat berdampak pada pendapatan masyarakat dan stabilitas perekonomian.
Sebab, bencana alam yang timbul akibat hujan seperti banjir, tanah longsor atau bencana lainnya dapat menghentikan operasional usaha lokal.
5. Dampak terhadap infrastruktur
Jalan, jembatan, dan bangunan dapat mengalami kerusakan akibat dampak langsung bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Hal ini tentu saja akan merugikan masyarakat, terutama lumpuhnya jalan akibat banjir atau tanah longsor sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat setempat.
Selain itu, banjir dan angin kencang akibat hujan juga dapat menyebabkan listrik padam.
Baca juga: Kementerian Pertanian memanfaatkan puncak musim hujan untuk memperluas penanaman dan pasokan
Baca juga: BMKG: Badai serupa Seroja berpotensi terulang kembali pada puncak musim hujan
Baca juga: BMKG menyebutkan suhu laut yang hangat dan monsun Asia memicu hujan ekstrem di Indonesia
Wartawan : Putri Atika Chairulia
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.