Jakarta (Antara) – Film Animasi “Panji Skull” Hadir sebagai salah satu karya terbaru anak -anak bangsa yang berani menembus kreativitas film nasional. Sebagai adaptasi dari komik legendaris oleh Hans Jaladara yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1968, film ini mencoba mengembalikan kisah klasik tengkorak dalam media animasi dua dimensi untuk menjangkau penonton -penonton yang melintasi, terutama generasi Z.
Disutradarai oleh Daryl Wilson dan diproduksi oleh Falcon Pictures, film ini melibatkan sejumlah aktor terkenal dalam pengisi suara, termasuk Denny Sumargo sebagai Panji, Aisha Nurra Datau sebagai Murni, dan Donny Alamsyah sebagai komandan Wihabaya. Penulisan naskah dilakukan oleh Agung Prasetiarso dan Theo Arnoldy, sementara Frederica bertindak sebagai produsen.
Baca juga: Film animasi tengkorak panji menghadirkan silat yang kuat dan ekspresif
Sinopsis “Panji Skull “
Kisah ini dimulai dengan Panji (Denny Sumargo) yang menjual jiwanya kepada sihir hitam untuk membalas kematian istrinya, Murni (Aisha Nurra Datau). Namun, niat itu benar -benar menyeretnya dalam kutukan abadi yang membuat tubuhnya dibelenggu.
Dalam perjalanan tanpa arahan, Panji bertemu dengan seorang prajurit tua yang memintanya untuk membantu mengejar Bandit Kalawereng (Tanta Ginting). Bandit berhasil memenangkan warisan Ajisaka Sakti yang diyakini dapat menghapus kekuatan sihir hitam. Tawaran itu menyeret Panji ke dalam perang besar antara dua kerajaan, serta membuka tabir masa lalu yang gelap.
Pengaturan utama dari cerita ini adalah di Kerajaan Madyantara, kerajaan fiksi di abad ke -15 yang dipukul oleh ketegangan politik dan ancaman perang. Ketidakmampuan raja untuk mempertahankan stabilitas membuat orang -orang diperas oleh penderitaan, sementara warisan Sakti Ajisaka menjadi perjuangan bagi para pejuang sampai akhirnya jatuh ke tangan Kalawereng, mantan komandan yang membelot.
Bramantya, salah satu penatua Warriors, meminta Panji untuk menemaninya untuk merebut kembali pusaka. Meskipun dipenuhi dengan niat pribadi untuk melepaskan diri dari kutukan sihir hitam, Panji perlahan -lahan terperangkap dalam takdir besar yang menantangnya untuk menentukan jalan kepahlawanannya.
Baca juga: Film “Demon Slayer” terbaru telah menarik 19,8 juta pemirsa di Jepang
Eksperimen Visual Lukisan matte
Film ini menampilkan gaya animasi dua dimensi dengan sentuhan lukisan matte, dengan demikian memberikan nuansa visual yang ekspresif, gelap dan mistis. Pilihannya dianggap berani, karena di tengah -tengah dominasi animasi 3D modern, pendekatan ini sebenarnya menghidupkan kembali suasana komik asli dengan adegan pertempuran yang brutal dan intens.
Selain itu, gunakan Lukisan matte Berhasil menciptakan latar belakang sinematik yang luar biasa, menggambarkan dunia kuno dengan suasana misterius. Keputusan untuk menampilkan unsur -unsur kekerasan secara eksplisit juga membuat film ini lebih tepat dimaksudkan untuk audiens dewasa berusia 21 tahun ke atas.
Karakter penuh luka
Karakter tengkorak Panji digambarkan sebagai sosok kompleks yang diisi dengan trauma masa lalu. Suara serak Denny Sumargo dianggap mampu membawa kepahitan serta perjuangan batin dari karakter utama. Monolog dan kilas balik dalam cerita menambah kedalaman psikologis karakter ini.
Selain Denny, sejumlah aktor pendukung seperti Cok Simbara, Pritt Timothy, Donny Damara, dan Aghniny Haque juga memberi warna pada film ini. Mereka menghidupkan kembali peran para pejuang dan tokoh -tokoh kerajaan yang terjerat dalam intrik politik dan perjuangan untuk warisan Sakti.
Warisan klasik di wajah baru
Sosok tengkorak Panji sebelumnya dikenal luas melalui komik silat yang populer pada tahun 1970 -an hingga 1980 -an, dan bahkan telah diadaptasi menjadi film aksi. Namun, versi animasi terbaru ini menyajikan pendekatan berbeda yang lebih relevan bagi audiens modern, tanpa meninggalkan identitas gelap dan heroik dari karya asli.
Melalui film ini, Falcon Pictures dengan Daryl Wilson mencoba menunjukkan bahwa kisah klasik Indonesia memiliki potensi besar untuk dihidupkan kembali dalam media baru, serta memperkenalkan warisan budaya populer untuk generasi saat ini.
Baca juga: Panji Skull, Animasi Indonesia tanpa pelengkap “merah dan putih”
Baca juga: Performa animasi wayang tampak menakjubkan di dunia Osaka Expo
Reporter: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Hak Cipta © antara 2025
Dilarang secara ketat untuk mengambil konten, melakukan merangkak atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari kantor berita Antara.