Jakarta (ANTARA) – Maraknya kasus penculikan kerap membuat para orang tua merasa cemas dan khawatir terhadap keselamatan anaknya.
Ancaman penculikan anak bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Jadi, wajar jika orang tua mengawasi anaknya dengan ketat. Namun kenyataannya, anak tidak bisa tetap berada dalam jangkauan orang tuanya.
Selain pengawasan dari orang tua, penting juga untuk membekali anak dengan pengetahuan atau keterampilan untuk melindungi dirinya sejak dini.
Sebelumnya, anak-anak sering menjadi sasaran penculikan karena mereka mudah tertarik pada hal-hal yang mereka sukai, seperti permen, coklat, atau mainan yang diberikan oleh orang asing.
Agar kejadian penculikan tidak terus terjadi khususnya pada anak Anda, berikut beberapa hal yang bisa Anda ajarkan kepada anak untuk menjaga diri dari ancaman penculikan:
1. Jelaskan bahaya penculikan dengan bahasa yang mudah dimengerti
Orang tua perlu menjelaskan kepada anak tentang potensi bahaya orang asing yang berniat jahat.
Gunakan bahasa yang sederhana dan tidak terlalu mengintimidasi, agar anak memahami pentingnya berhati-hati tanpa merasa trauma. Dengan pemahaman tersebut, anak dapat tumbuh menjadi sadar terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.
2. Biasakan anak Anda untuk selalu memberi tahu Anda kapan ia ingin pergi
Ajari anak untuk selalu melapor kepada orang tua atau pengasuhnya bila hendak keluar rumah, baik untuk bermain, jalan-jalan ke rumah tetangga, atau berangkat ke sekolah.
Anak perlu memahami bahwa orang tua harus mengetahui kemana mereka akan pergi, dengan siapa, dan kapan mereka akan kembali.
3. Perkenalkan identitas Anda dengan baik
Penting bagi anak untuk mengingat nama lengkapnya, nama kedua orang tuanya, alamat rumah dan nomor telepon orang tuanya.
Pengetahuan ini berguna jika anak tersesat atau membutuhkan bantuan pihak berwenang, seperti satpam, polisi, atau orang dewasa yang dipercaya.
4. Ajari mereka untuk menolak hadiah dan undangan dari orang asing
Anak perlu dibiasakan untuk tidak mudah menerima hadiah, makanan, atau undangan dari orang yang tidak dikenalnya, meskipun tawaran tersebut terkesan menarik, seperti permen, mainan, atau coklat.
Orang tua juga harus mengajari anak mereka untuk menolak memberikan informasi pribadi kepada orang asing atau orang yang mencurigakan.
5. Terapkan aturan “tanyakan dulu pada ibu atau ayah”.
Tak hanya orang asing, terkadang orang yang dikenal anak pun pun bisa mempunyai niat buruk. Oleh karena itu, tanamkan kebiasaan “bertanya terlebih dahulu kepada ibu atau ayah” sebelum anak mengikuti ajakan orang lain atau menerima sesuatu.
Dengan begitu, anak akan terbiasa untuk selalu meminta izin terlebih dahulu dan tidak mudah percaya pada orang lain.
6. Ajarkan bagaimana bereaksi ketika menghadapi ancaman
Ajari anak untuk berteriak, menjatuhkan barang, atau membuat keributan saat merasa ada yang mencoba menculiknya. Sebelumnya, anak perlu mengenal kondisi lain atau orang yang mungkin mencurigakan dan mempunyai niat buruk.
Cara ini bisa menarik perhatian orang-orang di sekitar dan menggagalkan usaha pelaku. Perlu diketahui juga anak-anak untuk segera lari ke tempat keramaian dan meminta bantuan orang dewasa yang dipercaya.
7. Perkenalkan tempat yang aman
Beritahu anak Anda untuk mencari tempat yang aman, seperti kantor polisi, pos keamanan, rumah sakit, atau toko jika ia merasa diikuti atau hilang.
Jika tidak dapat menemukan tempat tersebut, anak-anak dapat mencari orang berseragam atau perempuan yang memiliki anak kecil, yang biasanya lebih dapat diandalkan untuk memberikan bantuan.
Selain itu, biasakan anak untuk menghindari jalan yang sepi, gelap atau kecil, dan selalu memilih jalan yang ramai agar lebih mudah mendapatkan pertolongan jika terjadi sesuatu.
8. Buat kode rahasia keluarga
Orang tua dapat membuat kode rahasia khusus yang hanya diketahui oleh anggota keluarga. Jika ada yang mengaku disuruh ayah atau ibunya untuk menjemput anak, maka dia harus bisa menyebutkan kodenya. Langkah ini penting untuk mencegah anak tertipu oleh pelaku yang berpura-pura dikenal keluarga.
9. Membekali anak dengan keterampilan dasar bela diri
Selain ilmu, anak juga bisa diajarkan teknik dasar bela diri melalui latihan seperti karate atau taekwondo. Latihan ini tidak hanya membantu anak memahami cara melindungi diri, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri, kekuatan fisik, dan disiplin.
Membekali anak dengan kemampuan melindungi diri bukan berarti menanamkan rasa takut, namun menumbuhkan kesadaran dan kemandirian sejak dini.
Namun demikian. Orang tua tetap mempunyai peranan penting dalam mengawasi, membimbing dan memberikan rasa aman, agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang berani, cerdas dan tanggap terhadap situasi berbahaya.
Baca juga: Pelaku penganiayaan anak difabel di Jatinegara menculik korban
Baca juga: Kuasa hukum meminta APH menerapkan penegasan Mahkamah Konstitusi terkait ayah yang “menculik” anak
Baca juga: Polresta Denpasar telah menetapkan WNA sebagai tersangka dugaan penculikan anak
Wartawan : Putri Atika Chairulia
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.